Selasa, 04 Februari 2014

MENGAIS REJEKI DARI GETAH PINUS


Hutan merupakan sumber kekayaan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kelangsungan dan kelestariannya tergantung pada sikap dan tindakan manusia dalam memanfaatkan potensi hutan tersebut.
Selain itu hutan pun dapat menghasilkan tanaman yang bermanfaat bagi manusia, contohnya saja tanaman pinus. Tanaman pinus ini memiliki peranan yang penting, sebab selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus  juga menghasilkan getah yang diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah yang dihasilkan oleh pinus yaitu gondorukem dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, bahan plitur, dan sebagainya, sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat.
Produktivitas getah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berupa tempat tumbuh serta tindakan dalam pemeliharaan hutan yang berpengaruh produksi getah secara langsung atau tidak langsung. Salah satu aspek aspek eksternal yang berpengaruh ialah tenaga penyadap itu sendiri antara lain usia penyadap, keterampilan penyadap, dan pengalaman penyadap. Sedangkan faktor internal berupa faktor biologi pohon.
Dengan makin pesatnya perkembangan dan makin meningkat nya kebutuhan manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri sangat cerah, sehingga peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari. Produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.
Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap tidak sepenuhnya bekerja pada penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah pinus tidak tergarap dengan maksimal.
Akan tetapi, pada saat ini pihak Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar antara dua sampai lima hektar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada penyadap berdasarkan kemampuan masing-masing penyadap.
A. Daerah Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus
Di Indonesia secara alami hanya terdapat satu jenis pinus yaitu Pinus merkusii di Sumatera bagian utara (sekitar Aceh dan Tapanuli). Selain di Indonesia Pinus merkusii juga dijumpai di Vietnam, kamboja, Thailand, Burma, India dan Philipina. Secara geografis tersebar antara 20 LS-220 dan 95030’ BB-120031.
Pinus merkusii tidak meminta syarat tumbuh yang tinggi terhadap tempat tumbuh, namun pertumbuhannya dipengaruhi berbagai factor seperti tanah, iklim, dan altitude. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, pinus membutuhkan :
  1. Ketunggian tempat tumbuh 200-2000 mdpl.
  2. Temperatur udara berkisar 180-30C.
  3. Reaksi tanah (pH) berkisar antara 4,5-5,5.
  4. Bulan basah (5-6 bulan) yang diselingi dengan bulan kering yang pendek (3-4 bulan).
Penyebaran Pinus spp meliputi daerah Eurasia dan Amerika. Menurut data yang tersedia tahun 1967 suku Pinus memiliki lebih kurang 107 jenis yang tersebar secara alami di berbagai tempat tumbuh yang berbeda-beda di benua Eropa, Afrika dan Asia. Di Asia terdapat lebih kurang 28 jenis, diantaranya 3-7 jenis terdapat di Asia Tenggara antara lain Pinus merkusii, Pinus kaysia, Pinus insularis.
B. Getah Pinus
Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul kulit atau terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota famili Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae.
Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdii dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alcohol, bensin, ether, dan sejumlah pelarut organic lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Selain itu dari hasil penyulingan getah Pinus merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem, 22,5% terpentin, dan 12,5% kotoran.
Saluran getah resin bukan merupakan bagian dari kayu, tetapi berupa rongga yang dikelilingi oleh sel-sel parenkimatis atau sel epitel. Seluruh lapisan yang mengelilingi saluran resin disebut epitellium.
Ada beberapa cara dalam pembentukan saluran getah, diantaranya yaitu :
a. Lysegeneous
Yaitu beberapa sel parenkim yang berdekatan hancur sehingga isinya tercampur, maka terbentuk rongga yang kemudian terisi cairan. Rongga ini dibtasi oleh sel-sel yang tidak hancur, dimana sel-sel yang tidak hancur ini dapat menjadi sel epitel. Proses semacam ini disebut gummosis.
b. Schizogeneous
Yaitu beberapa sel parenkim memisahkan diri melalui lamella tengah sehingga terjadi suatu saluran yang dikelilingi oleh belahan sel-sel parenkim yang menjadi sel epitel.
Sedangkan produksi getah pinus secara keseluruhan dipengaruhi oleh :
  1. Luas areal sadapan.
  2. Kerapatan (jumlah pohon per Ha).
  3. Jumlah koakan tiap pohon dan jangka waktu pelukaan.
  4. Sifat individu pohon.
  5. Keterampilan tenaga kerja penyadap.
C. Mekanisme Pembentukan Getah pada Pohon Pinus
Prinsip keluarnya getah dari luka adalah sebagai berikut : saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim diantara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan dinding berkurang akibatnya getah keluar.
D. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus
Produksi getah per pohon per tahun untuk berbagai jenis pinus antara lain :
  1. Pinus khaya : 7,0 kg/pohon/tahun
  2. Pinus merkusii : 6,0 kg/pohon/tahun
  3. Pinus palustris : 4,2 kg/pohon/tahun
  4. Pinus maritima : 3,0 kg/pohon/tahun
  5. Pinus longifolia : 2,5 kg/pohon/tahun
  6. Pinus austriasca : 2,1 kg/pohon/tahun
  7. Pinus excelsa : 1,2 kg/pohon/tahun
Produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor ekstern berupa tempat tumbuh serta tindakan dalam pemeliharaan hutan yang mempengaruhi produksi getah secara langsung melalui faktor intern.
  1. Faktor intern (genetik) antara lain: umur pohon, diameter pohon, jumlah dan ukuran saluran damar, kondisi suplai nutrisi dan kondisi suplai air terutama pada bagian luka.
  2. Faktor ekstern (lingkungan) antara lain : kualitas tempat tumbuh, kerapatan pohon dan iklim serta intensitas matahari.
Memungut getah, seorang penyadap dipengaruhi oleh :
  1. Musim hujan yang terus menerus menyebabkan suhu udara rendah sehingga getah cepat beku.
  2. Adanya mata pencaharian lain. Pekerjaan lain dengan upah yang lebih tinggi menyebabkan penyadap memilih pekerjaan tersebut sehingga penyadapan terganggu, hal ini mengingat pada umumnya penyadap mempunyai pekerjaan lain.
  3. Jarak dari desa ke blok sadapan. Pengaruh yang terjadi mengingat lamanya interval pembaharuan luka.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar